Sejarah Berdirinya UMKM Tempe Bungkil Kepanjen
Sejarah Berdirinya UMKM Tempe Bungkil Kepanjen
Lokasi: Desa Legok Sukoraharjo, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang
Produksi tempe di Desa Legok Sukoraharjo masih dilakukan dengan cara tradisional. Faktor suhu menjadi hal yang paling berpengaruh terhadap kualitas tempe. Jika suhu terlalu panas, penggunaan ragi harus dikurangi. Oleh karena itu, menurut pelaku usaha, ke depan perlu adanya alat pengukur suhu agar kualitas produksi lebih stabil dan terkontrol.
Saat ini, produk yang dihasilkan masih berupa tempe bungkil murni. Namun, ada rencana pengembangan ke arah diversifikasi produk, seperti krupuk bungkil yang bisa langsung digoreng seperti rengginang, serta nugget bungkil yang dikemas dalam bentuk frozen food. Untuk mendukung pemasaran, produk nantinya akan menggunakan kemasan standing pouch bermerek agar lebih awet dan praktis.
Dalam sekali proses, kapasitas produksi mencapai 30 kg bungkil per hari, sedangkan untuk kedelai sekitar 150 kg per hari. Tantangan terbesar saat ini adalah kondisi cuaca di Malang yang cukup lembap, sehingga berpengaruh pada hasil tempe. Diversifikasi produk menjadi solusi untuk mengurangi ketergantungan terhadap faktor cuaca, sekaligus meningkatkan nilai tambah.
Dari segi harga, tempe bungkil dijual dengan kisaran Rp1.000 per 5 potong jika dipasarkan ke warung. Namun, jika dijual langsung ke konsumen, Rp1.000 hanya mendapat 4 potong. Hal ini karena perbedaan komposisi kacang—semakin banyak kacang, rasanya lebih gurih namun harga juga lebih mahal, sedangkan jika kacangnya sedikit rasanya agak pahit.
Jika melihat perjalanan usahanya, inspirasi membuat tempe ini bermula pada tahun 1990. Awalnya, pemilik hanya menjual tempe bungkil buatan orang lain dengan cara berkeliling menggunakan sepeda kayuh. Namun karena keterbatasan pasokan dan aturan dari pemilik usaha sebelumnya, akhirnya beliau mencoba membuat tempe sendiri, meskipun tanpa pelatihan. Dari percobaan tersebut ternyata berhasil, hingga akhirnya usaha ini berkembang dan tetap bertahan sampai sekarang.
Hingga kini, seluruh proses produksi masih dikerjakan sendiri tanpa karyawan. Meski begitu, semangat untuk terus berinovasi dan mengembangkan produk tetap menjadi motivasi utama agar usaha ini bisa bertahan dan semakin maju.